Pengertian Idul Fitri serta makna Hari Lebaran yang sebenarnya bagi umat Islam
Pengertian Idul Fitri serta makna Hari Lebaran yang sebenarnya bagi umat Islam. Bagi sebagian orang di Indonesia, khususnya umat muslim, Hari Raya Idul Fitri atau Lebaran begitu sangat identik dengan tradisi mudik, halal bihalal, kesuka citaan, hidangankue lebaran dan lain sebagainya. Namun apakah makna sebenarnya dari Hari Raya Idul Fitri?. Makna Idul Fitri itu sendiri memiliki beberapa pengertian dan pemaknaan, diantaranya yaitu:
Idul Fitri juga bisa diartikan sebagai puncak atau klimaks dari pelaksanaan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Idul Fitri sendiri memiliki keterkaitan makna dengan tujuan akhir yang ingin diraih dari pelaksanaan kewajiban berpuasa. Idul Fitri secara bahasa atau etimologi bisa berarti Hari Raya Kesucian atau bisa juga diartikan sebagai Hari Kemenangan umat Islam. Kemenangan disini adalah bentuk dari kemenangan dalam menggapai kesucian atau perwujudan dari kembali kepada keadaan fitrah (Fitri). (sumber: Quraish Shihab untuk suarakarya-online.com)
Dari penjabaran tersebut berarti kata Idul Fitri atau kembali kepada fitrah merupakan pengertian yang sangat relevan atau berhubungan dengan makna sebenarnya dari keberhasilan yang diperoleh setelah berakhirnya pelaksanaan ibadah puasa. Beberapa sumber juga menganalogikan Idul Fitri atau Lebaran sebagai jalan menuju kepada keadaan fitrah manusia layaknya seperti seorang bayi yang baru dilahirkan, bersih dan tanpa dosa. Hal tersebut merujuk pada perjanjian awal atau "Perjanjian Primordial" yang berisi pengakuan manusia terhadap Ke-Esa-an Allah sebagai satu-satunya Tuhan yang patut di sembah sebagaimana terangkum dalam Surah al-A’raf (7) ayat 172 :
(Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab: “Betul (Engkau adalah Tuhan kami), kami menjadi saksi”. (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: “Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)”).
Pengertian atau makna dari Idul Fitri (Lebaran) yang berikutnya adalah:
Idul Fitri merupakan penggabungan kata "Ied" yang berarti Hari Raya dan "Fitri" yang artinya berbuka puasa. Jadi Idul Fitri bisa juga diartikan sebagai hari berbuka secara massal kaum muslimin setelah sebulan lamanya menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Kebahagiaan yang dirasakan pada saat menjelang waktu berbuka puasa di waktu maghrib selama sebulan seakan dimanifestasikan pada tanggal 1 Syawal di Hari Raya Idul Fitri. Idul Fitri merupakan bentuk dari pengekspresian sebagai ”Iduna Ahlil Islam”, sabda Nabi, (Hari Raya kami penganut Islam) sebab Hari Raya Idul Fitri adalah hari makan-minum serta bersuka cita atau " yaumu aklin wa syurbin wa bahjatin" sehingga diharamkan bagi umat muslim untuk berpuasa. (sumber: Surahman Hidayat untuk ramadhan.okezone.com)
Oleh karena Idul Fitri bermakna Hari bersuka cita, maka pada hari besar itu semua harus terbebas dari kesedihan, kesusahan dan jangan sampai ada orang yang meminta-minta. Makna sebenarnya dari kalimat tersebut adalah diwajibkan bagi umat muslim yang mampu untuk membayar zakat yang berupa zakat fitrah kepada fakir miskin sebagai bentuk dari berbagi kebahagiaan dari mereka yang tidak berpunya agar bisa merasakan suka cita pada hari tersebut.
Nah, demikianlah artikel dari Aviv yang bertema Pengertian Idul Fitri dan makna Hari Lebaran yang sebenarnya bagi umat Islam yang penulis rangkum dari beberapa sumber. Mohon maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan mohon dikoreksi jika ada kekeliruan karena sesungguhnya kesempurnaan hanyalah milik Allah semata dan ke khilafan adalah milik manusia, khususnya penulis sendiri. Terima kasih dan semoga artikel singkat ini bisa memberikan manfaat bagi yang membacanya. Eid is the combination of 3
meaningful words: E: Embrace with open heart I: Inspire with impressive
attitude, D: Distribute pleasure to all. Happy Eid from Aviv Family!
Gagasan hidup di planet lain telah mencengkeram imajinasi ilmuwan dan
pemimpi selama berabad-abad.Sekarang salah satu arsitek Turki telah
berubah mimpi itu menjadi kenyataan.
Gulay Yedekci telah merancang sebuah komunitas di luar bumi yang bisa
dalam satu hari menjadi rumah bagi manusia di Mars, lebih dari 54 juta
kilometer dari Bumi.
Planet Merah – yang disebut karena oksida besi merah yang ada di
permukaannyatelah membuat berita utama baru-baru ini ketika para
ilmuwan NASA dan yayasan yang berbasis di Belanda Mars One mengungkapkan
rencana untuk mengirim orang di sana untuk pertama kalinya.
Yedekci, profesor di Fakultas Arsitektur di Istanbul di Universitas Yeni
Yuzyil, kuliah di "Arsitektur Masa Depan." Dia adalah satu-satunya
akademisi Turki di bidang ini.
Meskipun Turki saat ini tidak memiliki badan antariksa, para pejabat
telah mengatakan bahwa sedang mempersiapkan untuk membangun satu di masa
mendatang.
Yedekci memulai proyek "Jalan Mars" pada tahun 2013 dan bersama-sama
dengan tim delapan yang ahli, menyelesaikan konsep tersebut sekitar dua
tahun.
"Kami telah merancang kota berbentuk lonceng, yang akan mencakup
bangunan bertingkat dan tempat-tempat bawah tanah yang terhubung satu
sama lain," kata Yedekci.
"Tempat bawah tanah akan dibangun untuk melindungi dari serangan meteor atau ancaman apapun," tambahnya.
Menurut draft proyek, pusat perbelanjaan ke rumah hijau, peternakan ke
pusat-pusat pendidikan dan hampir setiap jenis fasilitas akan ada di
ruang tamu, yang diharapkan dapat memenuhi 10.000 meter persegi.
Langkah pertama mereka adalah transformasi. Desain itu menggambarkan
rumah kaca dan peternakan untuk menghasilkan oksigen untuk mendukung
kehidupan.
"Ada jumlah yang sangat kecil oksigen dan tidak ada keseimbangan
nitrogen di sana. Kedua elemen membuat hal-hal sulit bagi kami, "ujar
Yedekci.
Sembilan puluh lima persen atmosfer planet terdiri dari karbon dioksida.
Menurut NASA, Mars memiliki gravitasi lebih ringan (sepertiga dari norma
Bumi) dan atmosfernya jauh lebih tipis. Manusia tidak bisa bertahan
hidup pada permukaannya tanpa bantuan.
Di Mars juga jauh lebih dingin daripada di Bumi; suhu rata-rata -64C.
Untuk konstruksi, printer 3D akan digunakan. Tidak ada bahan yang
rencananya akan diambil dari bumi, tetapi akan disediakan oleh planet
merah.
Yedekci menyerukan para ilmuwan Turki lainnya untuk bergabung dengan
mereka. "Proyek kami terbuka untuk semua orang. Kita perlu ilmuwan dari
setiap bidang, dari kimia hingga zoologi."
Dalam satu tahun, Yedekci dan timnya akan mengungkapkan tiga proyek alternatif untuk dipilih.
Proyek, yang klaim Yedekci akan menelan biaya sekitar $ 30 miliar, akan
memungkinkan 100 orang untuk hidup di planet ini selama 18 bulan.
Sekarang, jika semuanya berjalan sesuai rencana, seorang arsitek Turki
bisa membuat namanya tertulis di planet merah yang terkenal untuk
pertama kalinya.
Salah satu ciri founder hebat adalah visioner, dan itu juga dimiliki oleh Mark Zuckerberg sebagai pendiri Facebook.
Tidak diragukan lagi bahwa di Facebook setiap orang bisa terhubung
satu sama lain, baik itu dengan teman, pacar, keluarga, istri, musuh,
mantan, orang asing.
Berbeda dengan Friendster yang stagnan dan akhirnya tutup, Facebook
tidak demikian. Seiring dengan berjalannnya waktu sosial media ini terus
saja bertumbuh dan memberikan fitur baru.
Telepati Lewat Facebook
Kedepannya Mark Zuckerberg punya mimpi dan rencana untuk menambahkan
fitur “telepati” lewat Facebook. Zuckerberg percaya bahwa kedepannya
teknologi bisa memungkinkan manusia untuk mengirimkan emosi atau
perasaan ke seseorang hanya dengan memikirkannya, dan orang yang
dikirimi bisa mengetahuinya hanya dengan memikirkannya. Singkat cerita
Facebook bakal ditambahkan fitur untuk berkomunikasi layaknya “telepati”
“Kita akan memiliki kemampuan untuk berbagi emosi dan perasaan dengan
orang lain kapanpun kita inginkan…Kamu hanya perlu memikirkan sesuatu
dan teman kamu bakal langsung merasakannya juga..” — Mark Zuckerberg
English Version "Wewillhave the abilitytoshareemotionsandfeelingswith otherswheneverwe want...Youjust have tothink aboutsomethingandyour friendwillimmediatelyfeel it too.."-MarkZuckerberg
Realisasi
Hal-hal seperti ini seringkali dicibir atau dianggap mustahil oleh
mayoritas orang. Tetapi satu hal yang dimiliki oleh orang seperti
Zuckerberg adalah selalu mencari cara dan solusi atas impian yang mereka
inginkan.
Hasilnya sesuatu yang tidak mungkin lama kelamaan bisa menjadi
mungkin dengan bantuan teknologi dan alat-alat yang mereka temukan.
Contoh Kasus: Dulu Ditertawakan, Kini….??
Simplenya saja video call dengan real-time translator via Skype. Seandainya kamu bilang bahwa suatu
saat kamu akan bisa melihat orang dari jarak yang sangat jauh dan
berkomunikasi dengannya secara real-time meskipun berbeda bahasa,
dan kamu mengatakan itu kepada pak dosen pada tahun 1990an dulu (bahkan
sekarang coba saja katakan), mungkin kamu akan ditertawakan dan
dibilang “bangun broo sudah siang, ngigau mulu jadi mahasiswa!”
Tetapi toh ternyata hal itu sekarang bisa dilakukan melalui Video Call dengan Real-time translator di Skype.
Teknologi memang mengubah banyak hal, dan ini artinya bukan tidak
mungkin “telepati” bisa dilakukan melalui Facebook di masa depan nanti —
meskipun entah kapan akan terealisasi, dan entah kita bisa ikut
merasakannya atau baru bisa dirasakan oleh generasi-generasi sesudah
kita.
This storyis a true storythat I tookfromvariousmediasourcesandnews in my country.
A husband and wifeasother couplesinbig citiesleaving the childrento take care ofmaidswhentheywork. Thiscouplesonly child, a little girlaged threeand a halfyears.Alone inthe house, heoften lefthis aideswerebusyworking.
He wasplayingoutside thehouse. He playedswing, swingingon the swingthather fatherbought, orpickingsunflowers, flowerpaperand othersin his yard.
One dayhesawa nailrust. He alsocrossed outthe cementwherehiscarwas parked, but becausethe floorsare made ofmarble, graffitiis notvisible. He triedonhisnewcar. Yes...becausethe car wasdarkcolored, andcreationwas evident. What elsechildhoodis alsomakinggraffitiaccordance with his creativity.
That daythe fatherandmotherriding a motorcycleto workbecause ofthe traffic. Afterthe childfullywrite offthe right handsideheswitched tothe left ofthe car. Motherandfathermadepicture, drawing, paintingchickens, catsand othersfollowedher imagination.The incident took placewithout realizingthemaid.
Homethat evening, his parentswere surprised to seethe newcarsboughtin installmentsa year. The fatherwhohas notagaingo intothis housescreaming, "Who did this?" The maidwhowas struck bythescreamsran out. Red facedfearof seeingviolentfaceofthefather.
Onceagainposedhardquestionsto him, maidsaid'' I do not know! "And the wife says," You at homeall day, whatare you doing? "Snapped the wifeagain. The childwho hearshis father's voice, suddenlyran outofhis room. With afullspoiledhe said "Ita makesitpapa.... beautiful right! "she said, hugging her fatherwanted tobe spoiledas usual. The fatherwholostpatiencetook asmallbranchof atreehibiscusinfront of him,keptstruckrepeatedly intothe palm ofhishand.
The childwhodoes notunderstand anythingcried out in painand fear. Satisfiedhitthe palm ofthe hand, the fatherhit theback ofhis handanyway. The motherwas justsilencealone, as ifblessedandsatisfiedwith thepenaltiesimposed. Housemaidjuststunned, notknowing what to do, the fatheris sohardto beatright handandthenhisleft hand.
Afterthe fatherwent intothe housefollowedthe mother, a maidcarrying alittle girl, took herto the room. Sawpalm andback of the handsof thesmall childwere injuredand bleeding. Maidbathethe little girl.Whileflushwater whileshewas crying. The little girlalsoscreamedwithstandthe pain ofhis woundswhenit is exposed towater, the maidthen makesleepinglittle girl.The fatherdeliberatelylet the girlsleep withmaid.
The next day, the child'shandswere swollen.Maidcomplained. "Apply the medicinetothe wound!" Replied his father, the father ofthe child. Home from work, her fatherdid notcare aboutthe little girlwhospent time in themaid room. Thefatheris said towant tobeather. Threedays passed, the fathernevervisither sonwhilethe mother, too, but everydayask themaids. "Ita fever..." maidrepliedsimply."You take medicationfor fever," replied themother.
Beforethe motherenteredthe bedroomshevisither maidroom. Andseenherin ahugmaid, sheclosed thebedroom dooragain. Entering thefourth day, maidtellsher fatherthat the Itabody temperatureis toohot. "This afternoon we bring tothe clinic" said his father. Untilthe timethe little girlwas brought tothe clinic. Doctorsdirectedto be taken tohospitalbecause ofa serioussituation.After a weekininpatientdoctorscall thefatherandmother.
"There is no choice.." said the doctorwhosuggested thatlittle girl'shandswere amputatedbecause ofinjuries thatoccurredwere toosevere. "His hands were festering, in order to savehis life, handsshouldbe cutfromthe elbowto bottom" said the doctor.
The fatherandmotheras ifhit by lightninghearthose words. Feelthe world stop turning, butwhat can be do and said. The motherwailedembracethe little girl. With a heavyheart andtearsmelthis wife, the fathertrembled andsadsign a letter ofconsentforsurgery.
Out of thesurgery, after thedrugisinjectedexhausted, the little girlcrying in pain. He wasalsosurprised to seehis handswrapped inwhitebandages. He looked atthe face ofhis father and mother. Then themaid's face. Hefrowned atthemallcrying. In tormentpain, the little girlvoice intears.
"Papa ..Mama...Itawould not do itagain. Itanot wanthit bypapa. Itanot wantevil. Itadearpapa..dearmama, "he said repeatedlymakethe motherfailed to holdgrief.
"Ita alsodearSisterNarti.." he looked at themaid's face, at oncemadethe girlwailedhysterically.
"Papa ..givebackthe hands ofIta. For whatis taken..Itapromisenotto repeat itagain! HowItawant to eatlater?HowItawant toplay later? Itapromise not toscribble onthe caragain, "he saidrepeatedly.
Feelinglooseheart ofthe motherheard the wordsof his son.Heroaredas strongheartbutfatehas already happened, nohuman beingcanhold.
A valuable lessonfor usand theparents, ifa small childis injured,giveattention tothemselvesanddo notdependonservants orothers, parents whocan feelandeducatetheir children.
Adalah
seorang raja yang bijaksana dan amat sakti, Dewasimha namanya. Ia
menjaga istananya yang berkilauan serta dikuduskan oleh api suci Sang
Putikewara (Ciwa). Berbahagialah sang Raja Dewasimha karena dewa-dewa
telah menganugerahkan dalam hidupnya seorang putera sebagai pewaris
mahkotanya. Putra yang kemudian menjadi pelindung kerajaan itu bernama
Liswa atau juga dikenal sebagai Gajayana. Adalah Gajayana seorang raja
yang begitu dicintai rakyatnya, berbudi luhur dan berbuat baik untuk
kaum pendeta serta penuh baktu sesungguh-sungguhnya kepada Resi Agastya.
Sebagai
tanda bakti yang tulus kepada Resi tersebut, sang Raja Gajayana telah
membangun sebuah candi yang permai untuk mahresi serta untuk menjadi
penangkal segala penyakit dan malapetaka kerajaan. Jikalau nenek
moyangnya telah membuat arca Agstya dari kayu cendana, maka Raja
Gajayana sebagai pernyataan bakti dan hormatnya telah memerintahkan
kepada pemahat-pemahat ternama di seantero kerajaan untuk membuat arca
Agastya dari batu hitam nan indah, agar semua dapat melihatnya. Arca
Agastya yang diberi nama Kumbhayoni itu, atas perintah raja yang berbudi
luhur tersebut kemudian diresmikan oleh para Regveda, para Brahmana,
pendeta-pendeta terkemuka dan para penduduk negeri yang ahli, pada tahun
Saka, Nayana-Vava-Rase(682) bulan Magasyirsa tepat pada hari Jum’at
separo terang.
Ia Raja
Gajayana yang perkasa itu adalah seorang agamawan yang sangat menaruh
hormat kepada para pendeta. Dihadiahkannya kepada mereka tanah-tanah
beserta sapi yang gemuk, sejumlah kerbau, budak lelaki dan wanita, serta
berbagai keperluan hidup seperti sabun-sabun tempat mandi, bahan
upacara sajian, rumah-rumah besar penuh perlengkapan hidup seperti :
penginapan para brahmana dan tamu, lengkap dengan pakaian-pakaian,
tempat tidur dan padi, jewawut. Mereka yang menghalang-halangi kehendak
raja untuk memberikan hadiah-hadiah seperti itu, baik saudara-saudara,
putera-putera raja, dan Menteri Pertama, maka mereka akan menjadi celaka
karena pikiran-pikiran buruk dan akan masuk ke neraka dan tidak akan
memperoleh keoksaan di dunia atau di alam lain. Ia, sebaliknya selalu
berdoa dan berharap semoga keturunannya bergirang hati dengan
hadiah-hadiah tersebut, memperhatikan dengan jiwa yang suci, menghormati
kaum Brahmana dan taat beribadat, berbuat baik, menjalankan korban, dan
mempelajari Weda. Semoga mereka menjaga kerajaan yang tidak ada
bandingannya ini seperti sang Raja telah menjaganya.Raja Gajayana mempunyai seorang puteri Uttejena yang kelak meneruskan Vamcakula ayahandanya yang bijaksana itu.
Cerita di
atas diangkat sari satu prasasti yang bernama “Prasasti Dinaya atau
Kanjuruhan” menurut nama desa yang disebutkan dalam piagam tersebut.
Seperti tertulis di dalamnya, prasasti ini memuat unsure penanggalan
dalam candrasengkala yang berbunyi : “Nayana-vaya-rase” yang bernilai
682 tahun caka atau tahun 760 setelah Masehi.
Apabila
prasasti itu dikeluarkan oleh Raja Gajayana pada tahun 760 sesudah
Masehi, maka paling tidak prasasti itu merupakan sumber tertulis tertua
tentang adanya fasilitas politik yakni berdirinya kerajaan Kanjuruan di
wilayah Malang. Tempat itu sekarang dikenal dengan nama Dinoyo terletak
5 km sebelah barat Kota Malang. Di tempat ini menurut penduduk disana,
masih ditemukan patung Dewasimha yang terletak di tengah pasar walaupun
hampir hilang terbenam ke dalam tanah.
Malangkucecwara berasal dari tiga kata, yakni : Mala yang berarti segala sesuatu yang kotor, kecurangan, kepalsuan, atau bathil, Angkuca yang berarti menghancurkan atau membinasakan dan Icwara yang berarti Tuhan. Dengan demikian Malangkucecwara berarti “TUHAN MENGHANCURKAN YANG BATHIL”.
Walaupun
nama Malang telah mendarah daging bagi penduduknya, tetapi nama tersebut
masih terus merupakan tanda tanya. Para ahli sejarah masih terus
menggali sumber-sumber untuk memperoleh jawaban yang tepat atas
pernyataan tersebut di atas. Sampai saat ini telah diperoleh beberapa
hipotesa mengenai asal-usul nama Malang tersebut. Malangkucecwara yang
tertulis di dalam lambang kota itu, menurut salah satu hipotesa
merupakan nama sebuah bangunan suci. Nama bangunan suci itu sendiri
diketemukan dalam dua prasasti Raja Balitung dari Jawa Tengah yakni
prasasti Mantyasih tahun 907, dan prasasti 908 yakni diketemukan di satu
tempat antara Surabaya-Malang. Namun demikian dimana letak
sesungguhnya bangunan suci Malangkucecwara itu, para ahli sejarah masih
belum memperoleh kesepakatan. Satu pihak menduga letak bangunan suci
itu adalah di daerah gunung Buring, satu pegunungan yang membujur di
sebelah timur kota Malang dimana terdapat salah satu puncak gunung yang
bernama Malang. Pembuktian atas kebenaran dugaan ini masih terus
dilakukan karena ternyata, disebelah barat kota Malang juga terdapat
sebuah gunung yang bernama Malang.
Pihak yang
lain menduga bahwa letak sesungguhnya dari bangunan suci itu terdapat di
daerah Tumpang, satu tempat di sebelah utara kota Malang. Sampai saat
ini di daerah tersebut masih terdapat sebuah desa yang bernama
Malangsuka, yang oleh sebagian ahli sejarah, diduga berasal dari kata
Malankuca yang diucapkan terbalik. Pendapat di atas juga dikuatkan oleh
banyaknya bangunan-bangunan purbakala yang berserakan di daerah
tersebut, seperti candi Jago dan candi Kidal, yang keduanya merupakan
peninggalan zaman kerajaan Singasari.
Dari kedua
hipotesa tersebut di atas masih juga belum dapat dipastikan manakah
kiranya yang terdahulu dikenal dengan nama Malang yang berasal dari nama
bangunan suci Malangkucecwara itu. Apakah daerah di sekitar Malang
sekarang, ataukah kedua gunung yang bernama Malang di sekitar daerah
itu.
Sebuah
prasasti tembaga yang ditemukan akhir tahun 1974 di perkebunan Bantaran,
Wlingi, sebelah barat daya Malang, dalam satu bagiannya tertulis
sebagai berikut : “………… taning sakrid Malang-akalihan wacid lawan macu
pasabhanira dyah Limpa Makanagran I ………”. Arti dari kalimat tersebut di
atas adalah : “ …….. di sebelah timur tempat berburu sekitar Malang
bersama wacid dan mancu, persawahan Dyah Limpa yaitu ………”
Dari bunyi
prasasti itu ternyata Malang merupakan satu tempat di sebelah timur dari
tempat-tempat yang tersebut dalam prasasti tiu. Dari prasasti inilah
diperoleh satu bukti bahwa pemakaian nama Malang telah ada paling tidak
sejak abad 12 Masehi.
Hipotesa-hipotesa
terdahulu, barangkali berbeda dengan satu pendapat yang menduga bahwa
nama Malang berasal dari kata “Membantah” atau “Menghalang-halangi”
(dalam bahasa Jawa berarti Malang). Alkisah Sunan Mataram yang ingin
meluaskan pengaruhnya ke Jawa Timur telah mencoba untuk menduduki daerah
Malang. Penduduk daerah itu melakukan perlawanan perang yang hebat.
Karena itu Sunan Mataram menganggap bahwa rakyat daerah itu
menghalang-halangi, membantah atau malang atas maksud Sunan Mataram.
Sejak itu pula daerah tersebut bernama Malang.
Timbulnya
karajaan Kanjuruhan tersebut, oleh para ahli sejarah dipandang sebagai
tonggak awal pertumbuhan pusat pemerintahan yang sampai saat ini,
setelah 12 abad berselang, telah berkembang menjadi Kota Malang.
Setelah
kerajaan Kanjuruhan, di masa emas kerajaan Singasari (1000 tahun setelah
Masehi) di daerah Malang masih ditemukan satu kerajaan yang makmur,
banyak penduduknya serta tanah-tanah pertanian yang amat subur. Ketika
Islam menaklukkan kerajaan Majapahit sekitar tahun 1400, Patih Majapahit
melarikan diri ke daerah Malang. Ia kemudian mendirikan sebuah
kerajaan Hindu yang merdeka, yang oleh putranya diperjuangkan menjadi
satu kerajaan yang maju. Pusat kerajaan yang terletak di kota Malang
sampai saat ini masih terlihat sisa-sisa bangunan bentengnya yang kokoh
bernama Kutobedah di desa Kutobedah.
Adalah
Sultan Mataram dari Jawa Tengah yang akhirnya datang menaklukkan daerah
ini pada tahun 1614 setelah mendapat perlawanan yang tangguh dari
penduduk daerah ini.
Mengapa Malang?
Sebelum
tahun 1964, dalam lambang kota Malang terdapat tulisan ; “Malang namaku,
maju tujuanku” terjemahan dari “Malang nominor, sursum moveor”. Ketika
kota ini merayakan hari ulang tahunnya yang ke-50 pada tanggal 1 April
1964, kalimat-kalimat tersebut berubah menjadi : “Malangkucecwara”.
Semboyan baru ini diusulkan oleh almarhum Prof. Dr. R. Ng.
Poerbatjaraka, karena kata tersebut sangat erat hubungannya dengan
asal-usul kota Malang yang pada masa Ken Arok kira-kira 7 abad yang
lampau telah menjadi nama dari tempat di sekitar atau dekat candi yang
bernama Malangkucecwara.
Sekilas Sejarah Pemerintahan
Kota malang mulai tumbuh dan berkembang setelah hadirnya pemerintah
kolonial Belanda, terutama ketika mulai di operasikannya jalur kereta
api pada tahun 1879. Berbagai kebutuhan masyarakatpun semakin
meningkat terutama akan ruang gerak melakukan berbagai kegiatan.
Akibatnya terjadilah perubahan tata guna tanah, daerah yang terbangun
bermunculan tanpa terkendali. Perubahan fungsi lahan mengalami
perubahan sangat pesat, seperti dari fungsi pertanian menjadi
perumahan dan industri.
Malang merupakan sebuah Kerajaan yang berpusat di wilayah Dinoyo, dengan rajanya Gajayana.
Tahun 1767 Kompeni memasuki Kota
Tahun 1821 kedudukan Pemerintah Belanda di pusatkan di sekitar kali Brantas
Tahun 1824 Malang mempunyai Asisten Residen
Tahun 1882 rumah-rumah di bagian barat Kota di dirikan dan Kota didirikan alun-alun di bangun.
1 April 1914 Malang di tetapkan sebagai Kotapraja
8 Maret 1942 Malang diduduki Jepang
21 September 1945 Malang masuk Wilayah Republik Indonesia
22 Juli 1947 Malang diduduki Belanda
2 Maret 1947 Pemerintah Republik Indonesia kembali memasuki Kota Malang.
Samsung Galaxy S6 dan Samsung Galaxy S6 Edge, memiliki spesifikasi
processor Octa core, kamera 16MP, RAM 3GB, dan memory internal mulai
dari 32GB sampai ke 128GB. Pengguna Android saat ini mungkin ingin
sekali memiliki smartphone yang satu ini. Ketika mereka benar-benar
membeli samrtphone impian ini, mereka tidak benar-benar tahu apa semua
arti dari spesifikasi itu. Yang jelas dari spesifikasi tersebut,
smartphone itu terlihat cepat, kuat dan kokoh.
Tentu produsen tidak ingin merugi, mereka membuat smartphone yang
baru saja dirilis agar laku keras dengan membuat seolah-olah device baru
miliknya adalah yang terhebat dari device lainnya, terutama di dunia
Android.
Berikut ini beberapa hal yang orang lihat sebelum membeli smartphone,
ini juga trik yang dimanfaatkan produsen untuk menggaet pembeli menurut Aviv.
Processor: Dual, Quad, Hexa atau Octa-core
Kalau kamu lihat di homepage iPhone 6, Apple mengatakan bahwa
smartphone miliknya itu menggunakan arsitektur 64-bit. Apa maksud dari
hal ini?
Processor Quad-core atau Octa-core bisa bekerja dengan baik jika
aplikasi mampu memanfaatkan semua core dari processor tersebut. Tapi
kebanyakan aplikasi saat ini hampir tidak ada yang memanfaatkan semua
core dari processor Dual-core, apalagi Quad atau Octa. Sedangkan untuk
aplikasi Game sendiri lebih memanfaatkan GPU daripada Processor atau
RAM.
Disisi lain, arsitektur processor yang lebih modern dan lebih kuat
tidak memandang core. Chip baru Dual-core bisa bekerja lebih baik lagi
daripada Octa-core. Pada tahun 2014, hardware mobile banyak yang datang
dengan istilah 64-bit. Pada awal mulanya, Google berencana merilis
Android L yang mendukung CPU 64-bit. Kemudian NVIDIA telah siap dengan
Android L, mereka membuat mobile processor 64-bit Tegra K1 yang
menggunakan CPU Denver. Denver adalah CPU 64-bit pertama yang
menggunakan Android.
Sudah lama notebook dan desktop menggunakan CPU 64-bit, alasannya
karena mereka bisa bekerja lebih baik, mendukung code aplikasi yang
menggunakan fitur 64-bit, dan memory yang lebih besar untuk menangani
sistem operasi. Untuk Android, 64-bit tidak sesimpel itu, mereka lebih
mengaju pada arsitektur ARMv8. Arsitektur ARMv8 bisa menjalankan
aplikasi 64-bit, ARMv8 membawa banyak perbaikan dalam efisiensi daya
serta kinerja yang membawa dampak langsung pada aplikasi 32-bit Android.
Memahami processor mobile sangatlah rumit, tapi itu tidak perlu kamu
pikirkan karena pada dasarnya yang penting adalah kinerja smartphone
untuk penggunaan sehari-hari. Bisa browsing aplikasi di Store, bermain
game dan melakukan hal lainnya dengan lancar di smartphone adalah yang
penting. Kamu mungkin akan terkejut kalau melihat kinerja Dual-core
iPhone 6 lebih baik daripada Octa-core Samsung Galaxy S6.
Kamera: Megapixel Lebih Besar Berarti Hasil Lebih Baik
Lebih banyak megapixel apakah menentukan hasil jepretan foto lebih
baik? Tidak selalu benar. Produsen juga selalu menunjukan megapixel
kamera untuk menarik perhatian pembeli. Seperti HTC yang menjagokan One
M9 dengan kamera depan 4 UltraPixel dan kamera belakang 20 MP. Padahal
hasilnya masih bisa diadu dengan Galaxy S6 dengan kamera 16MP atau
bahkan iPhone 6 yang hanya dengan kamera 8MP.
Untuk beberapa faktor memang kamu membutuhkan megapixel yang besar,
tetapi sesekali kamu juga perlu mengatur point, fokus, shutter speed,
ukuran sensor dan berbagai aspek kamera untuk mendapatkan hasil jepretan
yang menawan. Hanya karena smartphone kamu memiliki lebih banyak
megapizel tidak berarti lebih baik.
RAM: Banyaknya Memori Diutamakan
Banyak orang membeli smartphone juga melihat pada jumlah RAM, semakin
besar RAM yang diberikan mereka berpikir kalau smartphone itu bisa
bekerja semakin cepat.
Tapi tunggu dulu, sepertinya itu pemikiran yang salah. Faktor utama yang
harus kita lihat disini adalah sistem operasinya. Android membutuhkan
banyak RAM dibandingkan dengan iOS dan Windows Phone. Ketika kamu
memiliki Android dengan RAM 1GB, tentu kamu tidak akan leluasa untuk
membuka apps atau multitasking apps. Tapi ketika kamu menggunakan iOS
atau Windows Phone, memori yang digunakan untuk sistem operasi tidak
begitu besar, selain itu aplikasinya juga bisa berjalan mulus. Perbedaan
sistem operasi sangat menentukan disini.
Layar: 720p, 1080p, 2K atau 4K??
Saat ini sudah banyak smartphone yang menggunakan layar 2K Quad HD
dan 4K Ultra HD. Ketika smartphone menggunakan 720p, perbedaannya sangat
terlihat sekali. Tapi ketika 720p ditinggalkan dan mereka lebih
menggunakan 1080p, perbedaannya kurang terlihat meskipun ada.
Tapi sekarang smartphone layar 5 inc umumnya sudah menggunakan 1080p,
kepadatan pixel sudah sangat tinggi sehinggi kita tidak akan bisa
melihat satu pixel saja. Apple menggunakan teknologi layar baru yang
disebut dengan “Retina Display” yang bisa mencapai lebih dari 300 pixel
per inc (ppi), tapi kebanyakan smartphone sekarang memiliki lebih dari
400 atau 500 ppi per inc.
Seperti misalnya Lumia 930, pada video di atas Nokia mengatakan
bahwa smartphone terbarunya memiliki display Quad HD yang juga dikenal
sebagai 4K. Resolusi dari layar tersebut adalah mengacu pada rekaman beresolusi 3.840 x 2.160 piksel.Fitur ini membuat kamera mampu merekam video dalam resolusi sangat
tinggi. Resolusi 4K mengacu pada rekaman beresolusi 3.840 x 2.160
piksel. Resolusi ini disebut menghasilkan gambar yang lebih detil,
tajam, dan halus.
“Satu sentuhan yang panjang pada tombol kamera
akan menghidupkan mode 4K secara otomatis pada kecepatan 24 frame per
detik. Masing-masing frame memiliki ketajaman 8,3 megapiksel , Anda bisa
menyimpan satu frame sebagai still image berkualitas tinggi,” tulis Microsoft dalam blog perusahaan.
Fitur baru yang lainnya berupa peningkatan kualitas gambar pada still photography,
termasuk fitur Rich Capture. Fitur ini membuat kamera berubah ke mode
yang lebih canggih, seperti HDR atau Dynamic Flash sesuai kebutuhan.
Microsoft
juga mengklaim algoritma piranti lunaknya telah diubah sehingga bisa
menghasilkan foto yang lebih detil pada kondisi kurang cahaya maupun
pada siang hari.
Kemampuan 4K tersebut tidak dapat digunakan pada
Lumia 830. Jika pengguna mengaktifkannya, resolusi kamera hanya akan
menjadi Full HD (1080p).
Pilih mana diantara smartphone ini?
Pandangan orang tentu berbeda-beda, smartphone yang baik untuk kamu
belum tentu baik untuk saya. Begitu pula sebaliknya. Smartphone apa
pun yang kamu pilih, lihat dulu review-review dari teman-teman kamu yang
sudah menggunakannya atau dari situs-situs yang review smartphone dan
jangan lupa jugaberkomentar.
Terlepas dari hal-hal yang saya sebutkan di atas, adakah hal yang
terlewatkan ketika kamu ingin membeli smartphone baru? Kalau ada
silahkan tinggalkan komentar di bawah ini.
Mencermati dan Memahami Falsafah Kehidupan dalam Budaya Jawa untuk Hidup Lebih Sejahtera di Masa Kini
Dalam falasaf Jawa yang berkaitan dengan kehidupan, dikenal adanya istilah:
1. Sangkan Paraning Dumadi
Manunggaling Kawulo Gusti.
Falsafah ini mengajarkan kepada orang-orang Jawa untuk dapat membina
dan menjalani kehidupan sampai saat kematian nanti dengan sempurna.
Bagaimana bisa mempunyai atau memberikan sangkan (asal muasal) yang baik dan/atau agar supaya bisa mencapai atau memperoleh paran (arah tujuan) yang agar bisa dumadi yaitu mendapat/mencapai kesempurnaan
Dalam presentasi ini, saya ingin membahas falsafah kehidupan dalam
Budaya Jawa dalam kaitannya dengan upaya bagaimana mencermati dan
memahami falsafah hidup ini agar dapat menjadi pedoman untuk mencapai
kehidupan yang lebih sejahtera dalam upaya mencapai kesempurnaan hidup.
Hidup di sini berarti ganda yaitu hidup dan kehidupan di dunia dan di
akhirat.
Kehidupan yang sempurna ini, dalam kehidupan dunia adalah memayu wahyuning bawana
(menjaga kelestarian kehidupan (pribadi dan manusia lain) dan
kelestarian bumi, agar dapat terus didiami oleh anak cucu kita di
masa-masa mendatang, dan setelah mati mencapai “manunggaling Kawulo Gusti” di mana ruh kembali bersama Allah (yang berarti masuk surga).
Sebagaimana diawali dalam falsafah ini, setiap manusia akan mengalami tiga tahapan kehidupan yaitu Metu–Manten-Mati.
Metu berarti lahir (atau sangkan), di mana dalam kelahiran
ini dipandang sebagai takdir karena bayi tersebut tidak bisa siapa orang
tuanya dan di mana dia dilahirkan.
Manten berarti menikah, di mana dengan menikah ini, dipandang bahwa
seseorang sudah tidak lagi hanya harus mempunyai beban tanggungjawab dan
kewajiban pribadi semata. Namun, dua manusia menyatukan kewajibannya
dalam upaya untuk memulai tahapan “memayu wahyuning bumi” (atau “hamemayu hayuning bawana”} dan “manunggaling kawulo Gusti” yang sempurna.
Mati yang berarti akhir kehidupan manusia dan kembali kepada Sang Pencipta.
Tahapan dan Konsekwensi:
Dalam tahapan “Metu”, (yaitu sangkan atau asal kehidupan)
pada awalnya manusia belum mempunyai dan mengemban beban dan
tanggungjawab untuk menjalani kehidupan. Beban tanggungjawab dan
kewajiban manusia diawali dengan kemampuannya untuk memahami sejumlah
aturan yang berlaku, baik yang berlaku di keluarga, kemudian di
lingkungan rumah, di lingkungan ketetanggaan, di lingkungan sekolah, dan
seterusnya. Seiring dengan bertambah umur dan pengetahuan serta
jaringan hubungannya dengan manusia-manusia lain, maka semakin bertambah
pula tanggungjawab dan kewajiban orang yang bersangkutan. Beban
tanggungjawab dan kewajiban manusia bertambah dan semakin beranekaragam
seiring dengan pertumbuhan kemampuannya untuk berpikir dan memahami
posisinya dalam kehidupannya bersama orang lain dan dalam lingkungan
fisik. Beban dan tanggung jawab manusia dalam masa “metu” ini
masih dipikul oleh kedua orang tua (yang sudah masuk dalam tahap
“manten” dan sanak kadang serta orang-orang yang berada di sekitar
keberadaannya.
Dalam masa “metu” sampai dengan “manten” ini, pada awalnya, manusia hanya “nglakoni” yaitu hanya menjalankan apa yang dipandangnya bisa atau boleh dilakukannya. Dalam Bahasa Jawa, masa ini dianggap sebagai “saderma nglampahi”
atau sekedar menjalani, apa saja yang dipandangnya bisa dan boleh
dilakukan. Tidak ada konsekwensi beban tanggungjawab dan kewajiban,
karena masa ini semua seolah-olah sudah di atur dan tidak perlu
bertanggung jawab. Dalam tahapan ini, apa yang dialami seolah sudah
terjadi dengan sendirinya dan sudah menjadi nasib dan takdir Illahi.
Semakin dewasa (terutama kedewasaan dalam pemikiran) seseorang, yaitu dewasa menjelang sampai dengan tahapan “manten”, maka “nglakoni” diganti dengan “laku” atau berjalan menuju masa depan sesuai dengan “paran” yang dipandang dapat menuju kesempurnaan hidup. “Laku” atau sering juga disebut sebagai tahapan “lakon”
ini membutuhkan tahu dan ilmu. Dari waktu ke waktu, setiap manusia
dianggap belajar untuk tahu yang menjadi pengetahuannya dan belajar ilmu
untuk berjalan menuju “paran” atau tujuan hidupnya. Sebagaimana yng ditembangkan:
Ngelmu iku kelakone kanthi laku (Ilmu itu terjadinya disertai langkah atau perjalanan)
Lekase lawan kas (bermula dari kesungguhan hati – untuk tahu dan belajar)
Tegese kas nyantosani (kesungguhan bermakna menyentosakan – memudahkan/membahagiakan)
Setya budya pangekese dur angkara (setia atau berketetapan hati untuk memperjuangkan kebaikan dan menghilangkan yang jahat).
(diambil dari tulisan Afendy Hidayat, M.Phil.:”Sangkan Paraning Dumadi: Sebagai Proses antara Lahir dan batin”, 19 September 2014.
Pada tahapan “manten” manusia mulai dibebani dengan tanggungjawab dan kewajiban bersama, tidak lagi hanya sendiri-sendiri. Tahap “manten”
ini menandakan bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan setuju
untuk menggabungkan, memadu, serta menyerasikan tangjawab dan kewajiban
masing-masing menjadi sebuah kesatuan yang harmonis, yaitu dalam
kehidupan berkeluarga dan berumahtangga. Namun demikian, tidaklah
berarti bahwa tanggungjawab dan kewajiban sebagai laki-laki untuk suami
menjadi lebur dengan tanggungjawab dan kewajiban perempuan yang menjadi
istrinya. Tanggungjawab dan kewajiban laki-laki sebagai suami dari
istrinya dan bapak dari anak-anak2nya tetap harus dipikul dan
dilaksanakan dengan baik. Demikian pula dengan tanggungjawab dan
kewajiban perempuan sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya
tetap melekat pada perempuan. Tahap “manten” berarti tambahan
tanggungjawab dan kewajiban di samping menggabungkan, memadu dan
menyerasikan tanggungjawab laki-laki dan perempuan.
Sudah harus mulai jelas “paran” yang ingin dituju bersama pasangannya dalam upaya untuk “memayu wahyuning bawana” dan mencapai kesempurnaan hidup. Dalam hal “memayu wahyuning bawana” pasangan manusia dibebani tanggungjawab untuk dapat memunculkan “wiji dadi kang bleger”,
yaitu bibit manusia atau melahirkan bayi yang sempurna lahiriah dan
batiniah. Dalam tahapan ini, bapak ibu diwajibkan untuk memberikan
kecukupan lahir batin dalam arti pangan sandang papan dan pendidikan.
Hal ini dimaksudkan agar ”wiji dadi” dapat tumbuh dengan baik
dan sempurna (lahir batin serta kemampuannya) yang pada waktunya nanti
bisa menggantikan bapak ibunya untuk bisa menghasilkan proses “metu” yang baik bagi anak-anaknya serta mencapai “paran” atau tujuan menuju kesempurnaan dalam “memayu wahyuning bawana” dan “manunggaling kawulo Gusti”.
Dengan demikian, maka kesinambungan kehidupan manusia dan alam untuk
menunjang kehidupan dapat terus dipertahankan dengan baik. “Wiji dadi” ini harus bisa tumbuh dengan pengetahuan dan ilmu yang dapat mendukungnya untuk mencapai “paran” nya sendiri dan bersama-sama orang lain. Dalam tahap ini, menurut pendapat saya “mlampahi saderma”
sudah tidak lagi dapat dilakukan sepenuhnya, karena perjalanan hidup
dan kehidupan harus disandarkan pada pengetahuan dan ilmu, terutama
dalam membuat catatan “lelaku” yang baik serta melahirkan, menumbuhkan dan membimbing “wiji dadi” yang sempurna yang dapat tetap “memayu wahyuning bawana”di kemudian hari. Sebagaimana biasanya kalau “mlaku”
atau berjalan, kita harus benar-benar mengamati langkah, jalan yang
akan dilangkahi, ke mana arah jalan yang ditempuh dan bagaimana cara
kita menjalani, serta tujuan dari perjalanan yang dilakukan ini.
Bilamana kita tidak berhati-hati berjalan, maka kita bisa jatuh,
terjerembab, tersesat, dan tidak akan sampai tujuan.
Dalam tahap ini, “mlampahi saderma” harus diartikan sebagai semua upaya untuk mendapat dan mencapai “paran”
yang diinginkan, harus dilakukan dengan sekuat kemampuan dan
sebaik-baiknya cara yang diketahui serta tanpa rasa putus asa karena
kegagalan yang dialami. Kegagalan karena upaya sekuat kemampuan, dengan
sebaik-baiknya cara dan tanpa rasa putus asa inilah yang dipandang
sebagai “nglampahi saderma” karena sudah menjadi keputusan dan kententuan Illahi. Dalam konteks ini, “nglampahi saderma” berarti “nrima” karena memang sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa.
Peran falsafah hidup “sangkan paran dumadi”, adalah manusia
harus memilih dan menentukan tujuan hidupnya dengan bekal pengetahuan
dan ilmu serta pemikiran dan perenungan yang mendalam guna menjalani
kehidupan dengan kerja kerja sebatas kemampuan tertinggi, mencari jalan
yang terbaik, tanpa kenal lelah dan putus asa, serta terus belajar dan
memahami kegagalan-kegalan yang pernah di alami bilamana ada agar tidak
terulang kembali.
Dalam tahapan “mlaku” ini, manusia sudah harus siap “lelaku” yaitu mencatatkan apa saja yang sudah dilakukan dalam kehidupan tahap-tahap sebelumnya. “Lelaku”
ini berisikan catatan dari semua hal yang dilakukan dalam
tahapan-tahapan sebelumnya, dan merupakan bekal untuk kembali kepada
Sang Pencipta. Tentunya bekal ini harus kita buat sendiri dan harus kita
peroleh sendiri, sebisa mungkin tanpa perlu membebani orang lain (anak
dan sanak kadang). Hal ini dikarenakan dalam pengertian “sangkan paran dumadi”, manusia mempunyai “lakon” (“laku” dan “lelaku”) sendiri-sendiri dalam membuat catatan kehidupannya sendiri ini. “Lelaku” inilah yang menjadi bekal dalam menghadap Sang Pencipta dan yang menentukan apakah bisa mencapai kesempurnaan dalam “manunggaling kawulo Gusti”
Kesadaran “Sangkan Paran Dumadi”:
Dalam proses yang dijalani dalam konteks ”sangkan paran”
ini, terdapat proses dialog antara raga dan jiwa, antara lahir dan
batin, yaitu olah rasa yang berawal dari pengetahuan dan ilmu serta
bermuara di hati. Rasa di sini bukanlah perasaan, namun lebih kepada “penggalih” atau “manah” (lihat buku Mulyono 1982:58; dan Afendy Widayat, 2014:6), yaitu pemikiran dan perenungan yang mendalam berdasar kepada “eneng” (tenang dalam berpikir tanpa adanya campur tangan perasaan dan nafsu), “ening” (bening dan jernih tanpa punya prasangka buruk dan dugaan), “awas” (teliti dan waspada dan melihat, mengetahui dan menimbang) dan “eling” (bahwa semua akan terwujud atau terjadi atas kehendak Illahi). “Paran” yang ingin dicapai harus direncanakan secara seksama berdasar pada pola pemikiran “eneng”, “ening”, “awas” dan “eling” ini. Sedangkan upaya untuk mencapai “paran” yang diinginkan harus dilakukan dengan tekad yang kuat, kerja keras, tekun, gigih, tanpa kenal putus asa.
Dalam budaya Jawa, banyak diketahui pepatah dan petuah yang memberikan kearifan dalam upaya kita bisa mencapai “paran dumadi“ demi ”manunggaling kawulo Gusti” Sebagai contoh:
“Urip iku Urup”: hidup itu seharusnya menyala, menerangi, yang berarti hidup itu hendaknya memberi manfaat kepada orang lain di sekitar kita”.
“Hamemayu Hayuning Bawono, Ambrasta Dur Hangkoro”: Harus
mengusahakan keselamatan, kebaikan dan kesejahteraan serta memberantas
sifat angkara murka, serakah, iri hati, dan kikir serta aniaya.
“Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”: Jangan mudah tertekan terkena tekanan batin (“distressed”) manakala musibah menimpa, jangan sedih manakala kehilangan.
“Ojo ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman”: Jangan terpaku atau terkungkung dengan kedudukan, kekayaan materi dan kepuasan duniawi.
“Ojo keminter mundak keblinger, ojo cidra mundak cilaka”: jangan merasa paling pandda agar tidak salah paran, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
“Ojo milik barang kang melok, ojo mangro mundak kendho”:
Janga tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah, dan jangan
berfikir gamang atau plin-plan agar tidak kendor niat dan semangat
kerja.
“Alang-alang dudu lalin aling, marganing kautaman”: Persoalan kehidupan bukan penghambat jalan menuju kesempurnaan.
“Sopo weruh ing panuju sasat sugih pager wesi”: Dalam kehidupan, siapa punya cita-cita luhur jalannya seakan tertuntun.
“Ngeli namung ora keli”: Hidup itu harus menyesuaikan diri
dengan jaman, namun tidak hanyut oleh arus kemajuan jaman semata. Ini
erat kaitannya dengan pepatah “jamane jaman edan, sing ora edan ora
keduman. Namung sing paling becik tetep wong waras”. Budaya Jawa
mengajarkan kita agar tetap mempunyai pola pemikiran “kang eneng, ening,
awas, lan eling”.
“Becik tithik, ala ketoro”: kebaikan akan pasti tercatat
sedangkan keburukan pasti akan terbuka, membimbing agar kita selalu
berbuat baik dan menjauhi yang bersifat aniaya.
Sedemikian saratnya budaya Jawa ini dengan kearifan. Bahkan kearifan
ini diajarkan sejak masih kanak-kanak dengan berbagai lagu “dolanan”. Seperti misalnya:
MENTHOK
- Menthok-menthok tak kandhani, mung solahmu angisin-isini ((Menthok-menthok aku nasehati, perilakumu memalukan.
- Bokya aja ndheprok, ana kandhang wae (Jangan hanya diam dan duduk, di kandang saja)
- Enak-enak ngorok, ora nyambut gawe (Enak-enak mendengkur, tidak bekerja)
- Methok-menthok, mung lakumu megal-megol gawe guyu (Menthok-menthok, jalanmu meggoyangkan pantat membuat orang tertawa)
Syair tembang dolanan ‘Menthok’ mengandung makna bahwa seseorang itu
perlu memiliki sikap rendah hati, dan mau instrospeksi diri. Sebagai manusia kita tidak
boleh sombong, dan harus tetap menghargai orang lain. Sebab, semua ciptaan Allah memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Ibarat ‘menthok’, binatang yang
penampilannya jelek, tidak menarik, suka tidur, dan malas-malasan pun masih bermanfaat
bagi orang lain, karena mampu membuat orang lain tertawa atas kelucuan tingkahnya. Karena
itu, sebaiknya kita jangan segan untuk melihat kekurangan diri sendiri dan tidak mudah
merendahkan orang lain atas kekurangannya. Tembang ini juga menyampaikan pesan bahwa
sebaiknya kita tidak bermalas-malasan, karena itu bukan sifat yang baik. (diambil dari Dr. Farida Nugrahani: “Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa dalam Rangka Peembentukan Karakter Bangsa (Kajian Semiotik)” Program Pascasarjana Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo).
Masih banyak lagi lagu-lagu “dolanan” untuk anak-anak yang menyiratkan ajaran-ajaran etika dan moral sejak dini.
Kesimpulan:
“Sangkan Paran Dumadi” sebagai falfasah hidup orang Jawa, membing manusia untuk tidak “sak paran-paran”
karena semua harus ada tujuan yang jelas, keinginan untuk mencapai
sesuatu yang sempurna, baik untuk diri sendiri, anak, sanak kadang dan
orang lain. Budaya Jawa juga mengajarkan untuk bekerja keras, tekun,
tidak kenal lelah maupun putus asa. Prinsip “nrimo mergo isaku mung
ngene” tidak ada dalam ajaran budaya Jawa karena ini menunjukkan watak
malas berpikir dan berkerja. Falsafah hidup dalam budaya Jawa
mengajarkan kita untuk memikirkan dengan seksama serta merencanakan
kehidupan guna mencapai kesempurnaan hidup tanpa perlu mengeluh atau “ndersulo” karena semua apa yang dicapai, apa yang dimiliki, dan apa yang dinikmati adalah hasil dari “mlaku” diri sendiri demi kebutuhan “lelaku”. Semua tetap dalam garis keputusan Illahi agar dapat mencapai kesempurnaan dalam “manunggaling kawulo Gusti”.
Dengan semakin majunya jaman dan keaneragaman cara dan jalan menuju tujuan hidup yang sempurna (“paran kang dumadi”),
semakin banyak tersedia. Proses untuk belajar dan pembelajaran dalam
mencari jati diri guna memilih cara dan menentukan tujuan hidup juga
semakin luas dan terbuka. Peran falsafah hidup “sangkan paran dumadi”, hanya dapat dicapai dengan bekal pengetahuan dan ilmu serta pemikiran dan perenungan yang mendalam berdasar kepada “eneng”, “ening”, “awas” dan “eling” sert akan memudahkan mencapai “manunggaling kawulo Gusti” dengan hidup yang lebih sejahtera dan lebih bahagia.
Sebagai contoh, agar supaya dapat memberikan pendidikan formal kepada
anak dengan baik, orang tua dapat merencanakan tabungan pendidikan anak
sejak dini, sehingga sewaktu anak membutuhkan biaya sekolah, orang tua
tidak lagi dipusingkan dengan mencari dana. Untuk bisa mendapatkan
bahan-bahan belajar dan pembelajaran, dapat dilakukan melalui sambungan
internet. Semisal pun kita belum mempunyai pekerjaan tetap, masih bisa
ikut program tabungan untuk masa tua atau masa pensiun. Bahkan, bila
saatnya tiba, di mana harus memasuki “manunggaling kawulo Gusti”,
tersedia pula program yang dapat memberikan biaya untuk pemakaman dan
uang duka cita, sehingga tidak membebani anak dan sanak kadang.
Semua program ini tidak perlu mahal dan memerlukan banyak biaya.
Hanya memerlukan perencanaan yang matang dan keberhati-hatian dalam
mencermati dan menyikapi berbagai program yang ada. Program-program yang
ada dimaksudkan untuk dapat membantu meningkatkan kesejahteraan bersama
Hal ini bisa tercapai oleh karena adanya program-program kelompok
pengikut, di mana sejumlah orang bergabung secara bersama-sama mengikuti
suatu program pilihan tertentu sesuai dengan kebutuhan kelompok yang
bersangkutan.