Samsung Galaxy S6 dan Samsung Galaxy S6 Edge, memiliki spesifikasi
processor Octa core, kamera 16MP, RAM 3GB, dan memory internal mulai
dari 32GB sampai ke 128GB. Pengguna Android saat ini mungkin ingin
sekali memiliki smartphone yang satu ini. Ketika mereka benar-benar
membeli samrtphone impian ini, mereka tidak benar-benar tahu apa semua
arti dari spesifikasi itu. Yang jelas dari spesifikasi tersebut,
smartphone itu terlihat cepat, kuat dan kokoh.
Tentu produsen tidak ingin merugi, mereka membuat smartphone yang
baru saja dirilis agar laku keras dengan membuat seolah-olah device baru
miliknya adalah yang terhebat dari device lainnya, terutama di dunia
Android.
Berikut ini beberapa hal yang orang lihat sebelum membeli smartphone,
ini juga trik yang dimanfaatkan produsen untuk menggaet pembeli menurut Aviv.
Processor: Dual, Quad, Hexa atau Octa-core
Kalau kamu lihat di homepage iPhone 6, Apple mengatakan bahwa
smartphone miliknya itu menggunakan arsitektur 64-bit. Apa maksud dari
hal ini?
Processor Quad-core atau Octa-core bisa bekerja dengan baik jika
aplikasi mampu memanfaatkan semua core dari processor tersebut. Tapi
kebanyakan aplikasi saat ini hampir tidak ada yang memanfaatkan semua
core dari processor Dual-core, apalagi Quad atau Octa. Sedangkan untuk
aplikasi Game sendiri lebih memanfaatkan GPU daripada Processor atau
RAM.
Disisi lain, arsitektur processor yang lebih modern dan lebih kuat
tidak memandang core. Chip baru Dual-core bisa bekerja lebih baik lagi
daripada Octa-core. Pada tahun 2014, hardware mobile banyak yang datang
dengan istilah 64-bit. Pada awal mulanya, Google berencana merilis
Android L yang mendukung CPU 64-bit. Kemudian NVIDIA telah siap dengan
Android L, mereka membuat mobile processor 64-bit Tegra K1 yang
menggunakan CPU Denver. Denver adalah CPU 64-bit pertama yang
menggunakan Android.
Sudah lama notebook dan desktop menggunakan CPU 64-bit, alasannya
karena mereka bisa bekerja lebih baik, mendukung code aplikasi yang
menggunakan fitur 64-bit, dan memory yang lebih besar untuk menangani
sistem operasi. Untuk Android, 64-bit tidak sesimpel itu, mereka lebih
mengaju pada arsitektur ARMv8. Arsitektur ARMv8 bisa menjalankan
aplikasi 64-bit, ARMv8 membawa banyak perbaikan dalam efisiensi daya
serta kinerja yang membawa dampak langsung pada aplikasi 32-bit Android.
Memahami processor mobile sangatlah rumit, tapi itu tidak perlu kamu
pikirkan karena pada dasarnya yang penting adalah kinerja smartphone
untuk penggunaan sehari-hari. Bisa browsing aplikasi di Store, bermain
game dan melakukan hal lainnya dengan lancar di smartphone adalah yang
penting. Kamu mungkin akan terkejut kalau melihat kinerja Dual-core
iPhone 6 lebih baik daripada Octa-core Samsung Galaxy S6.
Kamera: Megapixel Lebih Besar Berarti Hasil Lebih Baik
Lebih banyak megapixel apakah menentukan hasil jepretan foto lebih
baik? Tidak selalu benar. Produsen juga selalu menunjukan megapixel
kamera untuk menarik perhatian pembeli. Seperti HTC yang menjagokan One
M9 dengan kamera depan 4 UltraPixel dan kamera belakang 20 MP. Padahal
hasilnya masih bisa diadu dengan Galaxy S6 dengan kamera 16MP atau
bahkan iPhone 6 yang hanya dengan kamera 8MP.
Untuk beberapa faktor memang kamu membutuhkan megapixel yang besar,
tetapi sesekali kamu juga perlu mengatur point, fokus, shutter speed,
ukuran sensor dan berbagai aspek kamera untuk mendapatkan hasil jepretan
yang menawan. Hanya karena smartphone kamu memiliki lebih banyak
megapizel tidak berarti lebih baik.
RAM: Banyaknya Memori Diutamakan
Banyak orang membeli smartphone juga melihat pada jumlah RAM, semakin
besar RAM yang diberikan mereka berpikir kalau smartphone itu bisa
bekerja semakin cepat.
Tapi tunggu dulu, sepertinya itu pemikiran yang salah. Faktor utama yang
harus kita lihat disini adalah sistem operasinya. Android membutuhkan
banyak RAM dibandingkan dengan iOS dan Windows Phone. Ketika kamu
memiliki Android dengan RAM 1GB, tentu kamu tidak akan leluasa untuk
membuka apps atau multitasking apps. Tapi ketika kamu menggunakan iOS
atau Windows Phone, memori yang digunakan untuk sistem operasi tidak
begitu besar, selain itu aplikasinya juga bisa berjalan mulus. Perbedaan
sistem operasi sangat menentukan disini.
Layar: 720p, 1080p, 2K atau 4K??
Saat ini sudah banyak smartphone yang menggunakan layar 2K Quad HD
dan 4K Ultra HD. Ketika smartphone menggunakan 720p, perbedaannya sangat
terlihat sekali. Tapi ketika 720p ditinggalkan dan mereka lebih
menggunakan 1080p, perbedaannya kurang terlihat meskipun ada.
Tapi sekarang smartphone layar 5 inc umumnya sudah menggunakan 1080p,
kepadatan pixel sudah sangat tinggi sehinggi kita tidak akan bisa
melihat satu pixel saja. Apple menggunakan teknologi layar baru yang
disebut dengan “Retina Display” yang bisa mencapai lebih dari 300 pixel
per inc (ppi), tapi kebanyakan smartphone sekarang memiliki lebih dari
400 atau 500 ppi per inc.
Seperti misalnya Lumia 930, pada video di atas Nokia mengatakan
bahwa smartphone terbarunya memiliki display Quad HD yang juga dikenal
sebagai 4K. Resolusi dari layar tersebut adalah mengacu pada rekaman beresolusi 3.840 x 2.160 piksel.Fitur ini membuat kamera mampu merekam video dalam resolusi sangat
tinggi. Resolusi 4K mengacu pada rekaman beresolusi 3.840 x 2.160
piksel. Resolusi ini disebut menghasilkan gambar yang lebih detil,
tajam, dan halus.
“Satu sentuhan yang panjang pada tombol kamera
akan menghidupkan mode 4K secara otomatis pada kecepatan 24 frame per
detik. Masing-masing frame memiliki ketajaman 8,3 megapiksel , Anda bisa
menyimpan satu frame sebagai still image berkualitas tinggi,” tulis Microsoft dalam blog perusahaan.
Fitur baru yang lainnya berupa peningkatan kualitas gambar pada still photography,
termasuk fitur Rich Capture. Fitur ini membuat kamera berubah ke mode
yang lebih canggih, seperti HDR atau Dynamic Flash sesuai kebutuhan.
Microsoft
juga mengklaim algoritma piranti lunaknya telah diubah sehingga bisa
menghasilkan foto yang lebih detil pada kondisi kurang cahaya maupun
pada siang hari.
Kemampuan 4K tersebut tidak dapat digunakan pada
Lumia 830. Jika pengguna mengaktifkannya, resolusi kamera hanya akan
menjadi Full HD (1080p).
Pilih mana diantara smartphone ini?
Pandangan orang tentu berbeda-beda, smartphone yang baik untuk kamu
belum tentu baik untuk saya. Begitu pula sebaliknya. Smartphone apa
pun yang kamu pilih, lihat dulu review-review dari teman-teman kamu yang
sudah menggunakannya atau dari situs-situs yang review smartphone dan
jangan lupa jugaberkomentar.
Terlepas dari hal-hal yang saya sebutkan di atas, adakah hal yang
terlewatkan ketika kamu ingin membeli smartphone baru? Kalau ada
silahkan tinggalkan komentar di bawah ini.
Mencermati dan Memahami Falsafah Kehidupan dalam Budaya Jawa untuk Hidup Lebih Sejahtera di Masa Kini
Dalam falasaf Jawa yang berkaitan dengan kehidupan, dikenal adanya istilah:
1. Sangkan Paraning Dumadi
Manunggaling Kawulo Gusti.
Falsafah ini mengajarkan kepada orang-orang Jawa untuk dapat membina
dan menjalani kehidupan sampai saat kematian nanti dengan sempurna.
Bagaimana bisa mempunyai atau memberikan sangkan (asal muasal) yang baik dan/atau agar supaya bisa mencapai atau memperoleh paran (arah tujuan) yang agar bisa dumadi yaitu mendapat/mencapai kesempurnaan
Dalam presentasi ini, saya ingin membahas falsafah kehidupan dalam
Budaya Jawa dalam kaitannya dengan upaya bagaimana mencermati dan
memahami falsafah hidup ini agar dapat menjadi pedoman untuk mencapai
kehidupan yang lebih sejahtera dalam upaya mencapai kesempurnaan hidup.
Hidup di sini berarti ganda yaitu hidup dan kehidupan di dunia dan di
akhirat.
Kehidupan yang sempurna ini, dalam kehidupan dunia adalah memayu wahyuning bawana
(menjaga kelestarian kehidupan (pribadi dan manusia lain) dan
kelestarian bumi, agar dapat terus didiami oleh anak cucu kita di
masa-masa mendatang, dan setelah mati mencapai “manunggaling Kawulo Gusti” di mana ruh kembali bersama Allah (yang berarti masuk surga).
Sebagaimana diawali dalam falsafah ini, setiap manusia akan mengalami tiga tahapan kehidupan yaitu Metu–Manten-Mati.
Metu berarti lahir (atau sangkan), di mana dalam kelahiran
ini dipandang sebagai takdir karena bayi tersebut tidak bisa siapa orang
tuanya dan di mana dia dilahirkan.
Manten berarti menikah, di mana dengan menikah ini, dipandang bahwa
seseorang sudah tidak lagi hanya harus mempunyai beban tanggungjawab dan
kewajiban pribadi semata. Namun, dua manusia menyatukan kewajibannya
dalam upaya untuk memulai tahapan “memayu wahyuning bumi” (atau “hamemayu hayuning bawana”} dan “manunggaling kawulo Gusti” yang sempurna.
Mati yang berarti akhir kehidupan manusia dan kembali kepada Sang Pencipta.
Tahapan dan Konsekwensi:
Dalam tahapan “Metu”, (yaitu sangkan atau asal kehidupan)
pada awalnya manusia belum mempunyai dan mengemban beban dan
tanggungjawab untuk menjalani kehidupan. Beban tanggungjawab dan
kewajiban manusia diawali dengan kemampuannya untuk memahami sejumlah
aturan yang berlaku, baik yang berlaku di keluarga, kemudian di
lingkungan rumah, di lingkungan ketetanggaan, di lingkungan sekolah, dan
seterusnya. Seiring dengan bertambah umur dan pengetahuan serta
jaringan hubungannya dengan manusia-manusia lain, maka semakin bertambah
pula tanggungjawab dan kewajiban orang yang bersangkutan. Beban
tanggungjawab dan kewajiban manusia bertambah dan semakin beranekaragam
seiring dengan pertumbuhan kemampuannya untuk berpikir dan memahami
posisinya dalam kehidupannya bersama orang lain dan dalam lingkungan
fisik. Beban dan tanggung jawab manusia dalam masa “metu” ini
masih dipikul oleh kedua orang tua (yang sudah masuk dalam tahap
“manten” dan sanak kadang serta orang-orang yang berada di sekitar
keberadaannya.
Dalam masa “metu” sampai dengan “manten” ini, pada awalnya, manusia hanya “nglakoni” yaitu hanya menjalankan apa yang dipandangnya bisa atau boleh dilakukannya. Dalam Bahasa Jawa, masa ini dianggap sebagai “saderma nglampahi”
atau sekedar menjalani, apa saja yang dipandangnya bisa dan boleh
dilakukan. Tidak ada konsekwensi beban tanggungjawab dan kewajiban,
karena masa ini semua seolah-olah sudah di atur dan tidak perlu
bertanggung jawab. Dalam tahapan ini, apa yang dialami seolah sudah
terjadi dengan sendirinya dan sudah menjadi nasib dan takdir Illahi.
Semakin dewasa (terutama kedewasaan dalam pemikiran) seseorang, yaitu dewasa menjelang sampai dengan tahapan “manten”, maka “nglakoni” diganti dengan “laku” atau berjalan menuju masa depan sesuai dengan “paran” yang dipandang dapat menuju kesempurnaan hidup. “Laku” atau sering juga disebut sebagai tahapan “lakon”
ini membutuhkan tahu dan ilmu. Dari waktu ke waktu, setiap manusia
dianggap belajar untuk tahu yang menjadi pengetahuannya dan belajar ilmu
untuk berjalan menuju “paran” atau tujuan hidupnya. Sebagaimana yng ditembangkan:
Ngelmu iku kelakone kanthi laku (Ilmu itu terjadinya disertai langkah atau perjalanan)
Lekase lawan kas (bermula dari kesungguhan hati – untuk tahu dan belajar)
Tegese kas nyantosani (kesungguhan bermakna menyentosakan – memudahkan/membahagiakan)
Setya budya pangekese dur angkara (setia atau berketetapan hati untuk memperjuangkan kebaikan dan menghilangkan yang jahat).
(diambil dari tulisan Afendy Hidayat, M.Phil.:”Sangkan Paraning Dumadi: Sebagai Proses antara Lahir dan batin”, 19 September 2014.
Pada tahapan “manten” manusia mulai dibebani dengan tanggungjawab dan kewajiban bersama, tidak lagi hanya sendiri-sendiri. Tahap “manten”
ini menandakan bahwa seorang laki-laki dan seorang perempuan setuju
untuk menggabungkan, memadu, serta menyerasikan tangjawab dan kewajiban
masing-masing menjadi sebuah kesatuan yang harmonis, yaitu dalam
kehidupan berkeluarga dan berumahtangga. Namun demikian, tidaklah
berarti bahwa tanggungjawab dan kewajiban sebagai laki-laki untuk suami
menjadi lebur dengan tanggungjawab dan kewajiban perempuan yang menjadi
istrinya. Tanggungjawab dan kewajiban laki-laki sebagai suami dari
istrinya dan bapak dari anak-anak2nya tetap harus dipikul dan
dilaksanakan dengan baik. Demikian pula dengan tanggungjawab dan
kewajiban perempuan sebagai istri dari suami dan ibu dari anak-anaknya
tetap melekat pada perempuan. Tahap “manten” berarti tambahan
tanggungjawab dan kewajiban di samping menggabungkan, memadu dan
menyerasikan tanggungjawab laki-laki dan perempuan.
Sudah harus mulai jelas “paran” yang ingin dituju bersama pasangannya dalam upaya untuk “memayu wahyuning bawana” dan mencapai kesempurnaan hidup. Dalam hal “memayu wahyuning bawana” pasangan manusia dibebani tanggungjawab untuk dapat memunculkan “wiji dadi kang bleger”,
yaitu bibit manusia atau melahirkan bayi yang sempurna lahiriah dan
batiniah. Dalam tahapan ini, bapak ibu diwajibkan untuk memberikan
kecukupan lahir batin dalam arti pangan sandang papan dan pendidikan.
Hal ini dimaksudkan agar ”wiji dadi” dapat tumbuh dengan baik
dan sempurna (lahir batin serta kemampuannya) yang pada waktunya nanti
bisa menggantikan bapak ibunya untuk bisa menghasilkan proses “metu” yang baik bagi anak-anaknya serta mencapai “paran” atau tujuan menuju kesempurnaan dalam “memayu wahyuning bawana” dan “manunggaling kawulo Gusti”.
Dengan demikian, maka kesinambungan kehidupan manusia dan alam untuk
menunjang kehidupan dapat terus dipertahankan dengan baik. “Wiji dadi” ini harus bisa tumbuh dengan pengetahuan dan ilmu yang dapat mendukungnya untuk mencapai “paran” nya sendiri dan bersama-sama orang lain. Dalam tahap ini, menurut pendapat saya “mlampahi saderma”
sudah tidak lagi dapat dilakukan sepenuhnya, karena perjalanan hidup
dan kehidupan harus disandarkan pada pengetahuan dan ilmu, terutama
dalam membuat catatan “lelaku” yang baik serta melahirkan, menumbuhkan dan membimbing “wiji dadi” yang sempurna yang dapat tetap “memayu wahyuning bawana”di kemudian hari. Sebagaimana biasanya kalau “mlaku”
atau berjalan, kita harus benar-benar mengamati langkah, jalan yang
akan dilangkahi, ke mana arah jalan yang ditempuh dan bagaimana cara
kita menjalani, serta tujuan dari perjalanan yang dilakukan ini.
Bilamana kita tidak berhati-hati berjalan, maka kita bisa jatuh,
terjerembab, tersesat, dan tidak akan sampai tujuan.
Dalam tahap ini, “mlampahi saderma” harus diartikan sebagai semua upaya untuk mendapat dan mencapai “paran”
yang diinginkan, harus dilakukan dengan sekuat kemampuan dan
sebaik-baiknya cara yang diketahui serta tanpa rasa putus asa karena
kegagalan yang dialami. Kegagalan karena upaya sekuat kemampuan, dengan
sebaik-baiknya cara dan tanpa rasa putus asa inilah yang dipandang
sebagai “nglampahi saderma” karena sudah menjadi keputusan dan kententuan Illahi. Dalam konteks ini, “nglampahi saderma” berarti “nrima” karena memang sudah menjadi kehendak Yang Maha Kuasa.
Peran falsafah hidup “sangkan paran dumadi”, adalah manusia
harus memilih dan menentukan tujuan hidupnya dengan bekal pengetahuan
dan ilmu serta pemikiran dan perenungan yang mendalam guna menjalani
kehidupan dengan kerja kerja sebatas kemampuan tertinggi, mencari jalan
yang terbaik, tanpa kenal lelah dan putus asa, serta terus belajar dan
memahami kegagalan-kegalan yang pernah di alami bilamana ada agar tidak
terulang kembali.
Dalam tahapan “mlaku” ini, manusia sudah harus siap “lelaku” yaitu mencatatkan apa saja yang sudah dilakukan dalam kehidupan tahap-tahap sebelumnya. “Lelaku”
ini berisikan catatan dari semua hal yang dilakukan dalam
tahapan-tahapan sebelumnya, dan merupakan bekal untuk kembali kepada
Sang Pencipta. Tentunya bekal ini harus kita buat sendiri dan harus kita
peroleh sendiri, sebisa mungkin tanpa perlu membebani orang lain (anak
dan sanak kadang). Hal ini dikarenakan dalam pengertian “sangkan paran dumadi”, manusia mempunyai “lakon” (“laku” dan “lelaku”) sendiri-sendiri dalam membuat catatan kehidupannya sendiri ini. “Lelaku” inilah yang menjadi bekal dalam menghadap Sang Pencipta dan yang menentukan apakah bisa mencapai kesempurnaan dalam “manunggaling kawulo Gusti”
Kesadaran “Sangkan Paran Dumadi”:
Dalam proses yang dijalani dalam konteks ”sangkan paran”
ini, terdapat proses dialog antara raga dan jiwa, antara lahir dan
batin, yaitu olah rasa yang berawal dari pengetahuan dan ilmu serta
bermuara di hati. Rasa di sini bukanlah perasaan, namun lebih kepada “penggalih” atau “manah” (lihat buku Mulyono 1982:58; dan Afendy Widayat, 2014:6), yaitu pemikiran dan perenungan yang mendalam berdasar kepada “eneng” (tenang dalam berpikir tanpa adanya campur tangan perasaan dan nafsu), “ening” (bening dan jernih tanpa punya prasangka buruk dan dugaan), “awas” (teliti dan waspada dan melihat, mengetahui dan menimbang) dan “eling” (bahwa semua akan terwujud atau terjadi atas kehendak Illahi). “Paran” yang ingin dicapai harus direncanakan secara seksama berdasar pada pola pemikiran “eneng”, “ening”, “awas” dan “eling” ini. Sedangkan upaya untuk mencapai “paran” yang diinginkan harus dilakukan dengan tekad yang kuat, kerja keras, tekun, gigih, tanpa kenal putus asa.
Dalam budaya Jawa, banyak diketahui pepatah dan petuah yang memberikan kearifan dalam upaya kita bisa mencapai “paran dumadi“ demi ”manunggaling kawulo Gusti” Sebagai contoh:
“Urip iku Urup”: hidup itu seharusnya menyala, menerangi, yang berarti hidup itu hendaknya memberi manfaat kepada orang lain di sekitar kita”.
“Hamemayu Hayuning Bawono, Ambrasta Dur Hangkoro”: Harus
mengusahakan keselamatan, kebaikan dan kesejahteraan serta memberantas
sifat angkara murka, serakah, iri hati, dan kikir serta aniaya.
“Datan serik lamun ketaman, datan susah lamun kelangan”: Jangan mudah tertekan terkena tekanan batin (“distressed”) manakala musibah menimpa, jangan sedih manakala kehilangan.
“Ojo ketungkul marang kalungguhan, kadonyan lan kemareman”: Jangan terpaku atau terkungkung dengan kedudukan, kekayaan materi dan kepuasan duniawi.
“Ojo keminter mundak keblinger, ojo cidra mundak cilaka”: jangan merasa paling pandda agar tidak salah paran, jangan suka berbuat curang agar tidak celaka.
“Ojo milik barang kang melok, ojo mangro mundak kendho”:
Janga tergiur oleh hal-hal yang tampak mewah, cantik, indah, dan jangan
berfikir gamang atau plin-plan agar tidak kendor niat dan semangat
kerja.
“Alang-alang dudu lalin aling, marganing kautaman”: Persoalan kehidupan bukan penghambat jalan menuju kesempurnaan.
“Sopo weruh ing panuju sasat sugih pager wesi”: Dalam kehidupan, siapa punya cita-cita luhur jalannya seakan tertuntun.
“Ngeli namung ora keli”: Hidup itu harus menyesuaikan diri
dengan jaman, namun tidak hanyut oleh arus kemajuan jaman semata. Ini
erat kaitannya dengan pepatah “jamane jaman edan, sing ora edan ora
keduman. Namung sing paling becik tetep wong waras”. Budaya Jawa
mengajarkan kita agar tetap mempunyai pola pemikiran “kang eneng, ening,
awas, lan eling”.
“Becik tithik, ala ketoro”: kebaikan akan pasti tercatat
sedangkan keburukan pasti akan terbuka, membimbing agar kita selalu
berbuat baik dan menjauhi yang bersifat aniaya.
Sedemikian saratnya budaya Jawa ini dengan kearifan. Bahkan kearifan
ini diajarkan sejak masih kanak-kanak dengan berbagai lagu “dolanan”. Seperti misalnya:
MENTHOK
- Menthok-menthok tak kandhani, mung solahmu angisin-isini ((Menthok-menthok aku nasehati, perilakumu memalukan.
- Bokya aja ndheprok, ana kandhang wae (Jangan hanya diam dan duduk, di kandang saja)
- Enak-enak ngorok, ora nyambut gawe (Enak-enak mendengkur, tidak bekerja)
- Methok-menthok, mung lakumu megal-megol gawe guyu (Menthok-menthok, jalanmu meggoyangkan pantat membuat orang tertawa)
Syair tembang dolanan ‘Menthok’ mengandung makna bahwa seseorang itu
perlu memiliki sikap rendah hati, dan mau instrospeksi diri. Sebagai manusia kita tidak
boleh sombong, dan harus tetap menghargai orang lain. Sebab, semua ciptaan Allah memiliki
kekurangan dan kelebihannya masing-masing. Ibarat ‘menthok’, binatang yang
penampilannya jelek, tidak menarik, suka tidur, dan malas-malasan pun masih bermanfaat
bagi orang lain, karena mampu membuat orang lain tertawa atas kelucuan tingkahnya. Karena
itu, sebaiknya kita jangan segan untuk melihat kekurangan diri sendiri dan tidak mudah
merendahkan orang lain atas kekurangannya. Tembang ini juga menyampaikan pesan bahwa
sebaiknya kita tidak bermalas-malasan, karena itu bukan sifat yang baik. (diambil dari Dr. Farida Nugrahani: “Reaktualisasi Tembang Dolanan Jawa dalam Rangka Peembentukan Karakter Bangsa (Kajian Semiotik)” Program Pascasarjana Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo).
Masih banyak lagi lagu-lagu “dolanan” untuk anak-anak yang menyiratkan ajaran-ajaran etika dan moral sejak dini.
Kesimpulan:
“Sangkan Paran Dumadi” sebagai falfasah hidup orang Jawa, membing manusia untuk tidak “sak paran-paran”
karena semua harus ada tujuan yang jelas, keinginan untuk mencapai
sesuatu yang sempurna, baik untuk diri sendiri, anak, sanak kadang dan
orang lain. Budaya Jawa juga mengajarkan untuk bekerja keras, tekun,
tidak kenal lelah maupun putus asa. Prinsip “nrimo mergo isaku mung
ngene” tidak ada dalam ajaran budaya Jawa karena ini menunjukkan watak
malas berpikir dan berkerja. Falsafah hidup dalam budaya Jawa
mengajarkan kita untuk memikirkan dengan seksama serta merencanakan
kehidupan guna mencapai kesempurnaan hidup tanpa perlu mengeluh atau “ndersulo” karena semua apa yang dicapai, apa yang dimiliki, dan apa yang dinikmati adalah hasil dari “mlaku” diri sendiri demi kebutuhan “lelaku”. Semua tetap dalam garis keputusan Illahi agar dapat mencapai kesempurnaan dalam “manunggaling kawulo Gusti”.
Dengan semakin majunya jaman dan keaneragaman cara dan jalan menuju tujuan hidup yang sempurna (“paran kang dumadi”),
semakin banyak tersedia. Proses untuk belajar dan pembelajaran dalam
mencari jati diri guna memilih cara dan menentukan tujuan hidup juga
semakin luas dan terbuka. Peran falsafah hidup “sangkan paran dumadi”, hanya dapat dicapai dengan bekal pengetahuan dan ilmu serta pemikiran dan perenungan yang mendalam berdasar kepada “eneng”, “ening”, “awas” dan “eling” sert akan memudahkan mencapai “manunggaling kawulo Gusti” dengan hidup yang lebih sejahtera dan lebih bahagia.
Sebagai contoh, agar supaya dapat memberikan pendidikan formal kepada
anak dengan baik, orang tua dapat merencanakan tabungan pendidikan anak
sejak dini, sehingga sewaktu anak membutuhkan biaya sekolah, orang tua
tidak lagi dipusingkan dengan mencari dana. Untuk bisa mendapatkan
bahan-bahan belajar dan pembelajaran, dapat dilakukan melalui sambungan
internet. Semisal pun kita belum mempunyai pekerjaan tetap, masih bisa
ikut program tabungan untuk masa tua atau masa pensiun. Bahkan, bila
saatnya tiba, di mana harus memasuki “manunggaling kawulo Gusti”,
tersedia pula program yang dapat memberikan biaya untuk pemakaman dan
uang duka cita, sehingga tidak membebani anak dan sanak kadang.
Semua program ini tidak perlu mahal dan memerlukan banyak biaya.
Hanya memerlukan perencanaan yang matang dan keberhati-hatian dalam
mencermati dan menyikapi berbagai program yang ada. Program-program yang
ada dimaksudkan untuk dapat membantu meningkatkan kesejahteraan bersama
Hal ini bisa tercapai oleh karena adanya program-program kelompok
pengikut, di mana sejumlah orang bergabung secara bersama-sama mengikuti
suatu program pilihan tertentu sesuai dengan kebutuhan kelompok yang
bersangkutan.
Mumpung sedang bulan puasa, Saya ingin mengajak kamu melihat
pengetahuan tentang smartphone secara universal. Mengapa? Karena seperti
halnya agama, OS dan manufaktur terkadang menciptakan kumpulan fanatik
yang mudah menelan fakta-fakta ‘sesat’ dan tidak benar tentang OS dan
manufaktur lain, lalu digunakan untuk menyerang mereka yang berbeda,
misalnya rajin posting tentang kebenciannya terhadap Windows. Pada taraf radikal takutnya membentuk
organisasi yang hobi sweeping perangkat dengan OS berbeda atau dari
manufaktur lain.
Dengan mengetahui lebih dalam tentang OS dan manufaktur tetangga,
maka kita dapat hidup dalam suasana Bhineka Tunggal Ika – Berbeda OS dan
Manufaktur, tapi tetap satu – Dan tentu saja ini akan menjadikan
kehidupan kamu lebih damai dan tenteram. Oke, inilah mitos-mitos keliru
yang sering dituturkan tentang smartphone.
Windows Phone tidak punya aplikasi
Ini adalah mitos yang sering diulang-ulang oleh non-pengguna Windows
Phone. Padahal secara literal, OS ini telah memiliki lebih dari setengah
juta aplikasi di Windows Phone Store. Tentu saja ini terbilang sedikit
jika dibandingkan dengan iOS dan Android. Akan tetapi tentu saja
berlebihan jika mengatakan tidak ada aplikasi di Windows Phone.
Meskipun memiliki cukup banyak aplikasi, perlu diakui bahwa banyak di
antaranya memiliki kecenderungan tidak berfungsi sebaik aplikasi di iOS
dan Android. Misalnya saja Path, Instagram, Line, dan banyak lagi.
Ditambah lagi belum adanya game yang tengah populer, Clash of Clan,
menjadikan mitos ini bertahan sampai sekarang dan banyak didengungkan.
Tizen dikembangkan dari MeeGo
Ini adalah salah kaprah yang disangka benar oleh banyak orang. Tizen
dikembangkan dari kernel Linux dan GNU C Library yang menerapkan API
Linux.
Halaman Wikipedia pun sampai harus menuliskan:
Samsung’s collaboration with the EFL project, and especially Carsten Haitzler, was known as LiMo for years. It was renamed Tizen when Intel joined the project in September 2011, after leaving the MeeGo project. A common misconception is that Tizen is a continuation of MeeGo. In fact, it builds on Samsung Linux Platform (SLP), a reference implementation delivered within LiMo.
Kolaborasi Samsung dengan proyek EFL, dan khususnya Carsten Hatizler,
dikenal sebagai LiMo selama bertahun-tahun. Ini kemudian diganti
namanya menjadi Tizen ketika Intel bergabung dengan proyek ini pada
September 2011, setelah Intel meninggalkan proyek MeeGo.
Inilah yang menyebabkan salah pengertian bahwa Tizen adalah kelanjutan
MeeGo. Faktanya, platform ini dibuat berbasis Samsung Linux Platform
(SLP), yang penerapan referensinya sama dengan LiMo.
Menutup aplikasi akan mempercepat iPhone
Pengguna iPhone, terutama iPhone 4S yang merasa perangkatnya terlalu
lambat ketika berupaya membuka permainan, akan membuka recent app, lalu
menghapus semua aplikasi yang terbuka. Ada mitos bahwa menutup aplikasi
akan mengurangi beban RAM dan meningkatkan kinerja prosesor. Ini adalah
mitos yang keliru, karena sebenarnya aplikasi “tidak benar-benar”
berjalan di background dan tidak memerlukan resource di iphone kamu. Ini
hanya disimpan di RAM iPhone, sehingga nantinya kamu akan kembali lebih
cepat. Jika iPhone memerlukan RAM, maka dia akan secara otomatis
menutup aplikasi yang tengah berjalan, yang kelihatan tidak dibutuhkan.
Menutup aplikasi hanya akan menjadikannya terbuka lebih lambat nantinya.
Menggunakan Task Killer akan Mempercepat smartphone Android
Mitos yang sama juga terjadi pada ponsel Android. Dikatakan bahwa
menggunakan Task Killer akan membebaskan RAM ketika kita berhenti
menggunakan aplikasi tersebut, dan ini akan mempercepat kinerja Android.
O o.. Tidak demikian. Aplikasi yang ada di daftar recent apps Android
itu sebenarnya membeku (freeze) di background. Android memang
mengizinkan aplikasi berjalan dengan pembatasan tertentu (inilah yang
memungkinkan terjadinya kasus ‘RAM bocor’), tapi kamu tidak perlu
menutup aplikasi tersebut kecuali menunjukkan perilaku yang aneh (misal
terlalu makan banyak RAM, menimbulkan gangguan pada tombol, dsb). Ini
justru menjadikan ponsel Android kamu jadi lebih lambat.
Lebih banyak megapiksel berarti kamera yang lebih bagus
Megapiksel ini bukan hanya mitos pada kamera smartphone, tapi juga
untuk kamera digital secara keseluruhan. Dikatakan bahwa megapiksel
lebih besar berarti kamera lebih bagus. Mitos ini memang berhasil
mendongkrak penjualan smartphone berkamera. Namun sebenarnya mitos ini
keliru.
Hal yang menjadikan sebuah kamera unggul adalah kualitas sensor,
lensa, dan software pemrosesan gambar milik smartphone tersebut. Bukan
sekedar megapiksel. Penilaian yang objektif dilakukan oleh DxO Mark
yang mempertimbangkan banyak aspek sebuah kamera digital sebelum
memberikan vonis mengenai peringkat kamera. Dan memang perlu diakui
bahwa tahun ini adalah tahunnya Samsung Galaxy S6 dan LG G4 yang
menempati peringkat pertama dan kedua dalam peringkat kamera
ponsel terbaik tahun ini.
Lalu bagaimana dengan pemilik megapiksel terbesar, Lumia 1020 dan
Nokia 808? Kamu tidak perlu cemas, kedua ponsel ini tetap dianggap
sebagai salah satu yang terbaik, karena keduanya bukan hanya memiliki
megapiksel monster, tapi juga sensor, software pemrosesan, dan lensa
yang unggul (Carl Zeiss).
Pernah dalam sebuah kesempatan, Roni, yang sangat suka game PC,
mengunjungi pusat penjualan software game di Malang untuk mencari
permainan yang menarik. Mbak penjaga toko yang manis mirip Cindy Yuvia
menyambutnya dengan senyum akrab, “Cari game apa Mas?”
Edo menjelaskan dengan berapi-api, “Saya ingin game puzzle Mbak.
Misteri gitu. Yang animasinya bagus, banyak grafisnya, pokoknya yang
benar-benar menantang dan susah dipecahkan!”
“Hmmm,” ujar mbak manis setelah berpikir beberapa saat, “Apa Mas sudah coba Windows 8?”
Yup. Itu adalah salah satu ilustrasi betapa dunia teknologi memang
seringkali akrab dengan mitos yang terkadang gaungnya tidak sesuai
dengan fakta yang sesungguhnya.
RAM lebih besar selalu mempercepat PC kamu
Menambahkan RAM tentu saja tidak akan menjadikan PC lebih buruk,
asalkan sesuai “syarat dan ketentuan yang berlaku” – seperti misalnya
RAM yang ditambahkan harus kompatibel satu sama lain, dari merek yang
sama, dan besarannya sebisa mungkin sama (misal 4GB + 4GB atau 2GB +
2GB). Namun apakah RAM lebih besar akan selalu mempercepat komputer?
Jawabannya: tidak selalu.
RAM akan mempercepat pemrosesan apabila memang PC kamu ‘haus’ akan
RAM tambahan akibat digunakan untuk program berat. Contoh program berat
antara lain game yang meminta resource besar, software pemrosesan media
berat, atau virtual machine yang berat.
Jika pemakaian kamu sedang-sedang saja, maka kecepatan PC akan
stagnan meskipun kamu menambahkan RAM. Contoh nyatanya, kalau kebutuhan
kamu hanya untuk mengetik, maka menambahkan RAM hingga 16GB adalah
sebuah pemborosan. Lebih efektif jika dana kamu alihkan ke sektor lain
yang menunjang pemakaian PC kamu.
CPU dengan lebih banyak core pasti lebih cepat
Ada kemiripan antara PC dan smartphone dalam hal prosesor. Banyak
orang yang salah kaprah mengira bahwa octa core selalu lebih cepat
daripada quad core dan quad core selalu lebih cepat dari dual core.
Sebenarnya ini belum tentu benar.
Mengapa? Setiap core adalah unit eksekusi yang terpisah, dan lebih
banyak core memungkinkan komputer kamu menjalankan beberapa program yang
berbeda di saat yang bersamaan tanpa kesulitan. Namun dalam hal
kecepatan, yang perlu kamu perhatikan adalah angka kecepatan
prosesornya. Prosesor Dual Core 3GHz jelas lebih cepat dari Octa-Core
1.3GHz. Jadi, CPU dengan banyak core belum tentu lebih cepat. Ini hanya
memungkinkan kamu menangani banyak tugas lebih mudah dan efisien.
Software 64-bit selalu lebih cepat
CPU modern dan OS modern kebanyakan memiliki system 64-bit. Imej ini
menjadikan orang berpikir bahwa software berbasis 64-bit akan selalu
lebih cepat dari 32-bit. Sistem arsitektur 64-bit memang memiliki
beberapa keuntungan seperti misalnya kamu dapat memanfaatkan RAM lebih
besar, meningkatkan efisiensi (karena dapat menggunakan RAM lebih besar,
maka pengaturan memori lebih mudah). Bahkan dengan arsitektur 64-bit,
komputer kamu bisa mengalokasikan virtual memory per proses hingga
mencapai 8TB. Tentu saja ini memungkinkan kamu melakukan editing
photoshop atau video dengan sangat mudah.
Namun ini tidak berarti bahwa software 64-bit selalu
lebih cepat, karena pada beberapa software yang tidak memerlukan
pemrosesan rumit ataupun resource yang besar, maka performanya cenderung
sama saja. Contoh nyatanya, beralih dari software MS Office untuk
32-bit ke MS Office 64-bit tidak akan memberikan perbedaan performa,
karena software ini tidak memerlukan sumber daya besar dalam
menjalankannya.
CPU dan kartu grafis lebih besar dan lebih cepat itu penting
Mungkin tidak akan ada yang menyangkal bahwa CPU dan kartu
grafis yang lebih besar itu lebih baik. Tapi kamu perlu melihat dulu
kebutuhan kamu sebelum memutuskan untuk menggunakan CPU dan kartu grafis
yang besar.
Misalnya ketika membeli laptop. Dengan laptop berprosesor Core i7 ,
maka kemungkinan daya yang dibutuhkan juga jauh lebih besar dibandingkan
Core i3. Inilah mengapa kamu perlu juga memperhitungkan kebutuhan. Bila
kamu tidak memanfaatkannya untuk melakukan pemrosesan yang benar-benar
besar, maka menggunakan prosesor dan kartu grafis yang lebih kecil namun
sesuai kebutuhan akan memberikan kamu performa dan durabilitas lebih
baik.
Mac selalu lebih mahal daripada Laptop/PC Windows
Tidak ada yang menyangkal bahwa produk-produk Apple selalu memberikan
kesan mewah dan menjadikan kamu harus merogoh kantong lebih dalam. Namun
benarkah Mac adalah perangkat yang benar-benar mahal? Jika kamu
membandingkannya dengan laptop atau PC kelas low-end, tentu
saja Mac memang benar-benar mahal (Jangan lupa Mac juga termasuk jenis
laptop – permainan marketing Apple saja yang seolah mencitrakan Mac
bukan merupakan laptop yang sama dengan produk Windows). Namun jika kamu
membandingkan Mac dengan perangkat Windows yang memiliki harga sama,
maka kamu akan mendapati bahwa sebagian besar perangkat Windows di
kisaran harga serupa dengan Mac memiliki spek yang jauh lebih baik.
Dalam hal performa juga kamu dapat membandingkan bahwa beberapa laptop
Windows (di kisaran harga yang sama dengan Mac) tentu saja memiliki
performa yang sebanding bahkan lebih baik dengan Mac.